Bangunlah cintaku. Bangkit karena jiwaku mengelu
elukan namamu dari dasar laut yang paling dalam. Dan menawarkan padamu sayap
sayapnya dari atas dasyatnya gelombang.
Bangkitlah karena kesunyian telah mengentikan nyayian
nyanyian di hari ini. Rasa kantuk ku telah memeluk ruh dari padaku, namun rasa
rinduku telah membuka kertas putih cinta dari pada untukmu dewi putih rindu.
Cinta membawaku dekat denganmu, namun kecemburuan
telah mencampakan diriku jauh darimu. Aku telah meninggalkan tempat tidurku
cintaku, karena aku takut pada hantu yang menyelami dari pada mimpiku. Aku
telah membuang selimutku waktu semua dalam lelapnya. Aku beranjak mencari
kesejukan dari pada air yang mengalir, memberikabar kepadamu memlalui merpati
yang setia mengirim surat surat kepadamu dengan seribu alasan yang tak pernah
aku tulis yang sebenarnya, sehingga kau tak akan menjadi khawatir di buatnya.
Lalu aku sadar bahwa aku terlelap di atas gambaran bulan dan bintang.
Apa kau mendengarku dewiku, apa kau mendengar dari
lautan yang lepas dan rasakan kelembutanya hingga aku menjadi gila di buatnya.
Apa kau melihat dalam sakitnya dia akan tersenyum untukmu. Disinilah kau
beridri, di bawah pohon pohon cemara aku memenuhi panggilanmu di bawah gambar
matahari. Apa kau tahu dewiku, aku bisa melihat yang indah dari
kesederhanaanmu, aku bisa melihat yang tinggi dari ke anggunanmu.
Bicaralah padaku, oh….cintaku, dan biarkan nafasmu di bawa
oleh angin gunung agar sampai padaku melalui lembah lembah bukit kapur di
wonosari yang akan aku hirup. Bicaralah dewiku…
Tak akan ada yang mendengar selain diriku. Malam telah
lelapkan tiap manusia, surga telah menyulam tentram dalam untaian cahaya
rembulan yang hangat di langit kota wonosari. Ia merangkai dengan bayangan
malam, dan nafas kematian juga telah mengelegar dalam tengah malam. Dan para
manusia itu telah terlelap mengejar mimpi mereka, mereka terlelap karena
dililit kesulitan dan ketakutan. Lalu mereka sembunyi dalam tempat tidur untuk
menghindari hantu hantu masa lalu. Namun pikiranku yang berhias keindahan dan
kenangan akan dirimu telah menyingsingkan dari pada ketakutanku.
Terbang angin sepoi sepoi menuju bukit di timur
matahari, harum wewanginan merasuk
mengisi jiwa dengan kasih rindu. Terasa meniup kerinduan untuk terbang. Maka
apa yang kau takutkan dewiku, jika masa lalu telah mencampakanmu, telah
menghantuimu dalam dekapan ukhuwah maka hapuslah dengan rasa cintamu, dan
gambarlah kisah cintaku. Jika masa lalu adalah hantu yang selalu menggangguku
maka telah aku kalahkan hantu itu dengan rasa rindu akan dari padamu.
Betapa indah hidup ini dewiku , seperti hati penyair
yang penuh dengan cahaya dan kelembutan hati. Dan betapa kerasnya hidup ini
dewiku, bagai menghitung debar jantung penjahat kecut dalam kelemahan.
No comments:
Post a Comment