Wednesday 21 March 2012

mozaik 13 " rampai pertama" --- bukit kapur--

M. RAMPAI 1

Sebelum tanah jawa dapat di tempati, maka sesungguhnya tempat yang saat ini sangat terkenal sampai seantero jagad ini, dulunya adalah sebuah tempat yang sangat mengerikan, siapapun tak dapat untuk menjamahnya, sebuah tempat yang sangat penuh dengan mistik. Tempat yang mistik karena merupakan tempat bersemahyamnya para dedengkot lelembut, jin seiluman yang sangat kuat dan tak dapat di kendalkan. Semua tertulis rapi dalam pikiran orang jawa kuno yang sangat menghormati lelehurnya. Maka datanglah kaki semar yang membebaskan tanah panguripan ini dari kekangan para jin, seiluman itu untuk dapat di tempati oleh bangsa manusia, dialah rela untuk di kubur hidup – hidup untuk menyatukan para mahluk yang tak terlihat itu dengan manusia – manusia. Menjelma dia menjadi kaki sabda palon, punakawan pembimbing dari pada raja – raja jawa yang memimpin jawa dari jaman ke jaman, dan menghilang musna tanpa raga. Pergi kembali ke asalnya sebagai dewa, meninggalakan ilmu pedoman kejawen yang sangat kental dan tak dapat di hilangkan yaitu ilmu kejawenan. Dialah rampai kumpulan dari sejarah tersirat tanah jawa.
Maka rampai pertama dalam hidupku adalah dia yang kurus, tinggi dengan nada seribu cerita, bukanlah orang jauh yang ada, namun sepupuku sendiri lah mungkin kau pernah baca sebelumnya, siapa dia? Masih penasaran ? kasih tahu gak ya .. kalau aku kasih tahu….. emmmm wani piro??? Hahhaaha just kidding.
Dia lah yang aku teruskan citanya yang sebenarnya aku pikir sudah ia dapatkan karena belum menikmatinya. Sejak SMP aku sangat suka dengan yang namanya politik, hukum, sains, tapi entah kenapa aku terdampar di sekolah teknik yang semula sangat aku benci, kerena berfikir dengan otot. Tapi itu dulu bukan sekarang. Nah sampai sejauh ini hanya ada satu orang yang tahu alasan aku masuk sekolah teknik terlebih yang aku ambil adalah pemanfaatan tenaga listrik ( jadi kalau engkau ada masalah dengan listrik anda segera hubungi ahlinya….) ya hanya ada satu orang yang tahu mengetahui alasan ku itu. maka sesungguhnya walau aku anak bodoh yang tak tah apa – apa namun perlu kalian ketahui bahwa aku juga punya otak yang dapat aku andalkan. Maaf aku juga tak sebodoh yyang kalian kira. Walau masih kalah dengan kakak ku namun nilai yang aku miliki tak kurang dengan rata – rata 8.1. dengan itu aku dapat memilih sekolah yang aku mau. Maka heranlah kenapa aku milih teknik listrik untuk menjadi kapal ku mengarungi lautan ilmu, sesungguhnya aku dapat memilih apapn ayang aku mau yang lebih elit di banding dengan listrik itu.
“ le kenapa dirimu pilih listrik”. Tanya kakaku
“ apa ya ?? salah kamar paling.heheh”. jawabku dengan sengelekan dan tak dapat aku sembunyikan gerak mulutku yang selalu bergerak jika aku bohong.
“ ya.. sudah,,,,, tekuni saja... yang penting rajin…”
“ya donk aku kan anak palin rajin hhehehe”.
Walau dalam hatiku aku juga berucap yang tak dapat aku katakana sejujurnya.
“ bahhhhhhh….. aku anak rajin… hebat betul… apa dunia sudah mau kiamat jika aku jadi anak yang rajin…wkkwkwkwkwkwkwk….. sudah gila apa, orang yang menasihati aku juga anak yang sangat malas…. Kakakku sendiri hhaahah…….”
Lanjut entar aku ada masalah di kuliahku…. Hhahaha biasalah adik dari orang yang juga gila pasti adiknya juga sangat hebat hahahah”
Lalu siapakah rampai pertama itu…?
Nah dialah sepupu yang sangat luar biasa dan aku pun tak dapat untuk mengunggulinya juga. Dan dia alasan kenapa aku memilih teknik electro untuk aku kembangkan. Dan hanya satu orang yang tahu sejauh ini kenapa aku memilih itu. Dia berasal dari singkawang kalbar, nama yang tak mungkin aku sebutkan karena itu merupakan privasi orang. Namun aku mau tanya sekarang dimana dia? Sebuah pertanyaan yang konyol yang tak mungkin dapat jawab oleh siapapun juga bahkan di dunia ini. Aku cari jati diri hidupnya hingga aku ke ujung duniapun tak akan pernah untuk dapat aku temukan. Karena ia telah bersenang – senang bersama ayah. Aku tak akan pernah dan tan tak akan ucapakan kalau dia dan ayah telah tenang. Karena tetap hidup dalam ku, dan mereka tetap aku sebut dalam tiap apapun keadaanya. Karena aku tetap bagian dari mereka dan begitu pula aku tetaplah ada untuk mereka.
Jika kau tanya siapa dia maka aku tak dapat menjawabnya, karena bagiku tidak hanya sekedar kakak sepupu, namun lebih dari itu. Dialah teman, sahabat, kakak, yang lebih tahu siapa diriku dari pada kakak ku sendiri. Kenapa bisa begitu?
Ya tiap saat waktu itu berlalu lalang di depanku, maka waktu itu aku pasti berhadap dengan dia. Usia kami terpaut lima tahun.
Maka apa kau tahu jika ia merupakan seorang seniman? Sejak kecil lukisan yang menawan sangat aku kagumi, dan tak jarang aku bawa lukisan itu ke sekolah dan dengan sombongnya aku pamerkan kepada temanku. Dan tahukah kau berapa lama sebuah gambar rencana dapat di acc, hasil itu dapat ia dapatkan hanya sekali gambar. Dan jangan kau tanyakan kepada ku berapa lama menyelesaikan sebuah gambar rencana itu aku sampai botak untuk dapat menyelesaikan sebuah gambar itu..


Dan apa kalian lihat kesulitan dari gambar itu?? apa menurut kalian itu sebuah seni..? tapi bagi ku itu merupakan gambar yang sangat membotakan kepala. Bayangkan kawan itu gambar dengan tikat ketelitian sampai 1 mm,, memang tak ada bandinganya dengan gambar arsitek yang sampai 0.1mm. dan gambarnya dapat acc dalam sekali gambar, sungguh kembali aku tak dapat mengalahkannya. Udahlah kawan disini terlalu sibuk kawan menghilangkan daya imaginasiku
Dan dialah seoarang senian hebat lapangan hijau sepertiku yang sangat hebat bukan main. Dan aku juga sangat kagum kepadanya habat, hebat sekali. Satu hal yang sangat aku kenang adalah cara dia untuk menendang bola. Suatu hal yang unik itu dikarenakan dia bukan lah orang kidal namun kekuatan kakinya terletak pada kaki kirinya. Maka jangankan kau tanya lagi kawan tentang waktu yang akan kami bunuh. Sungguh tak akan sanggup aku jawab karena separuh hidup jiwa ini telah bersemahyam padanya.
Hal yang selalu aku kenang dan aku ingin sekali mengulang kejadian itu. dialah rampai pertama hidupku yang kini menghilang dan tak mungkin aku temukan lagi dalam sisa hidupku. Aku memang bukanlah yang sicongak itu namun aku adalah si pesakitan itu yang tak bisa di sembuhkan. Dan aku telah belajar bagaimana bersenyum palsu, dan hanya itu yang akau lakukan untuk menyembunyikan pesakitanku. Karena waktu hanyalah ilusi tentang hari ini, esok, atau kemarin bagi ku itu sama. Maka sebelumnya aku menghayal ke masa silam dan aku akan merubah kejadian petang itu hingga aku bisa utnuk tersenyum dalam sisa hidupku, dan tak akan pernah untuk kembali, mengisi masa depan dengan rasa syukur penuhi rongga dada. Dan kini aku tak dapat mengukur waktu tersebut untuk melihat kejadian petang yang sangat tragis itu.
Dan petang itu pun tiba, saat dimana mas Nur mengambil tugas akhirnya sebelum di nyatakan lulus sekolah. Apa dalam benak kalian berfikir bahwa aku sangat yakin ia lulus. Ya aku sangat yakin karena otak nya itu lebih encer dari padaku. Petang selepas magrib itu tak seperti biasanya, kami yang seharian bersama bermain bola. Bahkan pada hari itu aku dan mas Nur bermain untuk Gocek fc, dan sore itu adalah sore yang akan aku kenang dalam hidupku, apa kau tahu kawan walau bermain imbang 2 – 2, namun itu adalah hal yang sangat indah. Tak lain karena aku bermain satu panggung dengan nya. Untuk pertama kali aku bermain satu panggung nya. Luar biasa bermain dengannya, yang sebelumnya aku hanya berlatih bersama kini aku bermain bersama, bisa kau bayangkan kawan bagaiman rasanya itu.??
Seperti menginjak kotoran ayam yang tak rela kotoran itu lepas dari kaki nya kawan. Di seret terus terus menerus di seret. Maka seperti itu lah revalitasnya kesenangan itu yang tak ingin aku lepaskan. Wah hebat benar..
“ tole…kau main santai saja, jangan gugup. Sudah kau anggap saja mereka tak bisa bermain bola, nikmati lah, aku selalu di sampingmu.”
“Siap… aku santai ae kok.”
“ Seperti saat latian sajalah, kau playmaker dan itu hal yang sulit untuk seusiamu,, tapi semua percaya, dan aku juga percaya”
“aku tahu akan hal itu…mas”
“ingat….aku di sampingmu, dan buatlah permainanmu..”
“ok… kita bermain sekarang”
Disampingku??? Jangan kaget kawan aku bukanya anak yang takut sehingga perlu untuk di damping. Namun karena mas Nur adalah seorang winger, tak heran jika itu posisinya karena hanya posisi itu yang sangat tepat untuk orang seperti dia yang mempunyai kelincahan dan kecepatan yang teramat sangat, dan aku adala playmaker, yang pemimin sebuah permainan,,(tunggu dulu inikan wasit, yang aku maksut adalah permainan team oneng.)
Dan kami habiskan sore terindah dalam hidupku hingga magrib sebuah sore yang sangat indah, indah sekali di pedalam bukit kapur. Hingga sejenak kesenangan itu menjelma menjadi sore yang kelabu yang sangat ingin aku lupakan. Selepas kami pulang dan sejenak beristirahat, aku melihat mas Nur itu keluar dari rumah menaiki motornya itu,


“mas…. Kemana???”
“pergi…sebentar ambil TA”
“aku….” Lalu dipotongnya dengan nada yang meninggi
“ TIDAK USAH IKUT,,AKU PERGI LAMA”
Kata – kata itu yang aku ingat sebelum aku tak bisa mengingat lagi. Aku berjalan menemui pak D aku.
“ada apa…. Koq mas Nur bentak aku??? Aku salah kah??”
“gak papa kok. Dia hanya ingin pergi bentar ambi tugas akhirnya”.
“tapi koq gak ajak aku”
“tidak tahu ya”
Ya memang kemanapun dia pergi ia selalu ajak aku. dan ini sangat aneh dia tidak mengajak aku. aku heran sudah pasti. Tapi yang lebih aneh lagi adalah dia membentaku hanya karena aku ingin ikut. Ahc sudahlah kawan aku tak pikirkan itu saat itu. aku beranjak pulang dan mulai menulis, bukan belajar karena aku tak pernah belajar, dari buku pelajaran yang hanya berisi omongan tanpa bukti.
Maka tak lama berselang selepas magrib aku baru mendengar sebuah kabar yang ingin kau dengar, dan tak ingin seorangpun mendengar tapi ini adalah sebuah kenyataanyang tak munkin di hapuskan. Ya aku mulai merunduk tak dapat aku menesteskan air mata karena aku adalah seorang lelaki. Kami dengar mas Nur kecelakaan dan tewas.
Dan aku mulai menyadari dari semuanya bentakan itu, wajah marah itu, dan semuanya tentang permainan itu, mualai Nampak jelas di mataku. Rampai pertama adalah sang cahaya.

No comments:

Post a Comment